
MODUL 3.1 Pengambilan Keputusan berbasis nilai – nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera, Om swastiastu namo buddhaya salam kebajikan bagi kita semua. Saya Muklisiyah, murid-murid saya biasa memangil saya Bu Lisya, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari SMA Muhammadiyah Kota Kediri, Jawa Timur. Di sekolah saya bertemu dengan murid-murid yang luar biasa, masing-masing dengan keunikan dan potensi yang luar biasa. Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi pemikiran dan refleksi tentang pengambilan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan, dengan harapan dapat memberikan inspirasi bagi kita semua.
Pendidikan adalah tindakan yang disengaja untuk mempersiapkan peserta didik melalui berbagai kegiatan seperti bimbingan, pengajaran, dan latihan, agar mereka siap untuk peran mereka di masa depan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu dan membimbing mereka menuju tujuan yang diharapkan, menciptakan manusia yang berkualitas. Pengembangan potensi peserta didik bertujuan untuk membentuk karakter mereka, sehingga mereka dapat menjadi individu yang memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri dan masyarakat sekitar.
Di tengah tantangan pendidikan yang terus berkembang, penting bagi kita untuk mengingat esensi dari pengajaran itu sendiri. Pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga upaya untuk membentuk karakter dan moral murid. Kutipan dari Bob Talbert mengatakan, “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga adalah yang terbaik.” Berdasarkan kutipan tersebut, kita diajak untuk merenungkan bahwa pengajaran yang sejati adalah ketika kita mampu menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kehidupan yang baik kepada generasi mendatang. Dalam konteks ini, sebagai pendidik saya berkomitmen untuk tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membimbing murid untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah merupakan institusi moral yang memiliki peran penting dalam membentuk budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku yang diperlihatkan oleh warga sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai yang dipegang oleh sekolah menjadi contoh bagi murid. Sebagai pendidik, kita hendaknya memiliki kemampuan untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini tercermin dalam tindakan sehari-hari mereka, sehingga pendidik dapat menjadi panutan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah, serta di lingkungan tempat tinggal mereka. Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, kita harus memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi yang positif kepada peserta didik. Dalam setiap pengambilan keputusan, prioritas harus diberikan kepada kesejahteraan murid, dengan mematuhi prinsip-prinsip moral. Keputusan yang diambil akan mencerminkan karakter sekolah, nilai-nilai yang dianut, dan akan menjadi contoh bagi seluruh komunitas sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan realita tersebut, seorang pendidik selalu berusaha untuk menanamkan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai moral universal dan memperhatikan kebutuhan individual peserta didik. Ini sejalan dengan kutipan George Wilhelm Friedrich Hegel yang mengatakan bahwa “pendidikan adalah seni untuk membuat manusia berperilaku etis.”
Dengan pemahaman ini, pendidikan menjadi proses membimbing murid dengan penguatan karakter dan norma-norma, sehingga mereka menjadi generasi yang memiliki integritas moral, kebajikan, dan kesadaran akan kebenaran dalam menjalani kehidupan mereka. Generasi masa depan akan mencerminkan kualitas pendidikan saat ini, yang berperan dalam membentuk masa depan negara dengan pencapaian terbaik yang akan memengaruhi arah bangsa ini.
Ketika kita merenungkan semua ini, kita dapat mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan pengambilan keputusan dalam modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak.
Setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh pendidik harus mencerminkan integritas, keadilan, dan kepedulian. Keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik akan menjadi contoh berharga bagi murid, mengajarkan mereka bahwa perilaku baik dan nilai-nilai moral harus dijunjung tinggi. Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk menjadi teladan bagi orang lain, sebagaimana Rasulullah SAW menjadi uswatun hasanah bagi umatnya. Dengan mengedepankan nilai-nilai ini, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia.
Setelah menginternalisasi beberapa konsep di atas, berikut adalah pendekatan untuk mempertimbangkan keterkaitan antara berbagai materi dalam Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin di link https://youtu.be/GhhicYcPCG0 berikut :
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi dalam Modul 3.1 memiliki makna yang sangat penting bagi saya. Hal ini dikarenakan di mana pun kita berada dan dalam peran apa pun yang kita emban, kita pasti akan menghadapi situasi di mana kita harus mengambil keputusan. Keputusan tersebut akan membentuk kebijakan-kebijakan yang memengaruhi perjalanan sekolah dalam mencapai tujuan “merdeka belajar” dan menciptakan profil pelajar Pancasila.
Selain itu, dalam proses pengambilan keputusan ini, ada tiga uji yang perlu dilalui, yaitu Uji Intuisi yang berkaitan dengan pemikiran berdasarkan peraturan (Rule-Based Thinking), Uji Publikasi yang terkait dengan pemikiran berdasarkan hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mengutamakan hasil akhir, dan Uji Panutan/Idola yang berkaitan dengan pemikiran berdasarkan rasa peduli (Care-Based Thinking). Dalam konteks ini, keterampilan pengambilan keputusan menjadi sangat penting, karena setiap keputusan harus mencerminkan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi dalam pendidikan, termasuk prinsip-prinsip Islam yang mengedepankan keadilan, kepedulian, dan tanggung jawab sosial.
Kesimpulan
Modul 3.1 telah membuka pandangan saya terhadap pentingnya pengambilan keputusan dalam peran seorang pendidik. Keputusan yang tepat, berlandaskan nilai-nilai kebajikan, paradigma, prinsip, dan melalui berbagai uji, adalah fondasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung terwujudnya merdeka belajar serta profil pelajar Pancasila. Dengan semangat belajar dan berkolaborasi Semoga Tergerak, Lekas Bergerak, dan Mari Menggerakkan demi terwujudnya “Indonesia Maju”
Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu mohon umpan balik/masukannya supaya dapat meningkatkan motivasi saya untuk selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain.
Terimakasih
Muklisiyah, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan 11
Kota Kediri Jawa Timur
MasyaAlloh luar biasa sekali bu Lisa, sangat menginspirasi sekali.
Materi yang dipaparkan membuka pemahaman baru bagi saya tentang pentingnya pengambilan keputusan bagi peran seorang pendidik untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Terimakasih atas umpan balik dari bapak/ibu sangat memotivasi saya untuk terus belajar
sangat menginspirasi sekali dan bermanfaat dalam proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
sangay menarik pemaparannya, dan mendapatkan ilmu baru
Konten yang ada sangat informatif, lanjutkan guru hebat smam
Hasil pemaparan materi yang telah disampaikan sangat menarik dan informatif. Dapat menambah wawasan baru bagi saya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk peserta didik di dalam kelas.